Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Selasa, 10 Februari 2009

Mengapa Harus Menunggu?

Dikisahkan, ada seorang anak berusia 9 tahun. Saat dia sedang membantu ayahnya mengangkut batu bara demi mengumpulkan dana untuk kegiatan amal, terjadilah kecelakaan yang telah merubah seluruh kehidupannya. Dia terjatuh, dan kakinya terlindas kereta api barang sehingga sepasang kaki harus diamputasi. Berbulan-bulan, hari-harinya diwarnai dengan penderitaan panjang, dia harus berjuang dari satu meja operasi ke meja operasi lainnya dan menghabiskan jam-jam yang sangat menyakitkan.

Namun dia tidak pernah patah semangat dan dengan tegar menjalaninya sehingga dokter mengijinkannya keluar dari rumah sakit dengan berkursi roda. Tanpa membuang waktu dia ingin menguji fisiknya dengan belajar berenang. Pertama kali masuk ke air, dia pun langsung tenggelam sampai ke dasar kolam renang. Pelatihnya menggunakan jala untuk mengangkatnya naik ke permukaan. Pelajaran mengapung dan seterusnya dilakukan setiap hari dan 5 bulan kemudian dia mampu berenang sebanyak 52x panjang kolam renang tanpa berhenti! Sungguh luar biasa!

Dan sejak saat itu, tidak ada lagi yang bisa menghalangi keinginannya untuk melakukan kegiatan fisik layaknya orang-orang yang bertubuh normal. Dia belajar menyetir mobil, ikut balapan dan berhasil menjadi atlet gokart yang handal, disegani dan terkenal.

Ketekunannya berlatih fisik di kolam renang dan tempat tinggalnya yang tak jauh dari pantai, menginspirasinya belajar menjadi surf lifeguard, yaitu penjaga pantai yang melindungi dan menyelamatkan para peselancar. Dia satu-satunya manusia di dunia, tanpa kaki yang berprofesi seperti itu. Dia juga belajar Taewondo hingga memperoleh Dan 3. Olahraga lempar cakkram, tolak peluru dan lempar lembing berhasil mengalungkan 35 medali dalam kehidupannya. Pencapaian prestasinya melandasi kepercayaan dirinya membina hubungan dengan seorang wanita yang dicintai. Akhirnya dia menikah dan memperoleh 3 orang anak. Bersama istrinya, mereka bahu membahu menjadi pengusaha sukses. Berkat prestasi dan keinginannya membantu orang lain agar tidak menyerah, akhirnya menghantarkannya menjadi pembicara motivasional kelas dunia. Pemuda hebat itu bernama TONY CHRISTIANSEN.

Saat ditanya apa rahasia suksesnya? Dia menjawab: Mengapa harus menunggu? Jangan menghabiskan waktu dengan duduk dan menunggu tertabrak kereta api sebelum melakukan sesuatu dan mencetak berprestasi. Kecelakaan yang saya alami telah mengasah karakter serta hidup saya dalam beragam cara! Membantu saya dalam menyampaikan pesan kepada semua orang yang mau mendengar, mau belajar serta mau merubah hidup lebih baik! Jadi, mengapa harus menunggu? Segera lakukan! - TAKE ACTION!!"

Smart listener,

Hidup adalah tindakan! Live is action! Sebuah cita-cita yang indah, jika hanya menunggu tanpa bertindak nyata, maka tinggal hanya mayat cita-cita, sebuah perencanaan yang matang tanpa action! Cuma menyisakan coretan kosong.

Cerita manusia luar biasa Tony Christiansen tadi cukup jelas pelajaran yang bisa kita ambil. Bagaimanapun keadaan fisik kita , atau betapapun jeleknya keadaan di luar kita, semuanya bisa di rubah, nothing is impossible, tiada yang mustahil!

Manusia yang paling penting adalah jangan krisis mental. Dengan kekayaan mental, seseorang akan berani memulai dari apa adanya dia, dan semua perjuangannya diarahkan pada titik target besar yang punya bobot dan bernilai. Dengan cara hidup punya kaya mental seperti itu, kita pasti akan selalu menyambut hari-hari baru penuh dengan syukur, optimis, gembira dan menciptakan sukses yang luar biasa!

Oleh: Andrie Wongso (Motivator Indonesia)

Motivation For Fitnes

"Conceive, believe, & achieve."
I am sure you are familiar with a quote “Conceive, believe, and achieve.” For everyone who wants to lose weight, be healthier, and improve his/her physical composition, all he or she needs is exactly doing every single step at much deeper level.

First, you really have to conceive the right image that you want in your mind. You have to be able to really see what you want to look like in the mirror, what percentage of bodyfat reading to read on the bodyfat scanner display, and even when you will be shopping for smaller-sized clothes and pants. “Begin with the end in mind.” is what the conceiving part is really all about.

Then comes believe. First of all, you have to believe in your ability to make that vision a reality. You might not be confident with the way you look now, but you should never misinterpret it as not being confident enough in your ability to succeed.

Then, you should also have the belief that all the time, effort, and money that you put out will not be in vain. You have to REALLY believe in your ability to make it happen. How? …and this is the achieve part, just make sure they are not by working hard enough, long enough. Make sure you gain the most from your investment. For whatever plant that you sow, you will reap it in time. Just have the courage to go through watering the plant, giving it fertilizers, protect it from harmful insects, and enough sunshine. In time, you will harvest the fruits of your labor.

By: Ade Ray (Atlit)

Bibit Mangga

Suatu hari, Ada seorang pemuda sedang berlibur ke rumah neneknya di desa. Saat tiba di sana, setelah melepas rindu dan beristirahat sejenak, neneknya menghidangkan sepiring irisan buah mangga yang menggiurkan warna dan aromanya.

"Wah, mangganya harum dan manis sekali nek, sedang musim ya. Saya sudah lama sekali tidak menjenguk nenek, sehingga tidak tahu kalau nenek menanam pohon mangga yang berbuah lebat dan seenak ini rasanya" ujar si pemuda sambil terus melahap mangga itu.

dengan tersenyum nenek menjawab, "makanya, sering-sering lah menjenguk nenek, nenek rindu cucu nenek yang nakal dulu. Pohon mangga itu sebenarnya bukan nenek yang menanam. Kamu mungkin lupa, waktu kecil dulu, setelah menyantap buah mangga, kamulah yang bermain melempar-lempar biji mangga yang telah kamu makan. Nah, ini hasil kenakalanmu itu, telah bertumbuh menjadi pohon mangga dan sekarang sedang kau nikmati buahnya"

"Sungguh nek? Buah mangga ini hasil kenakalan waktu kecilku dulu yang tidak disengaja? Wah, hebat sekali. Aku tidak merasa pernah menanam, tetapi hasilnya tetap bisa aku nikmati setelah sekian tahun kemudian, benar-benar sulit dipercaya" si pemuda tertawa gembira sambil menyantap dengan nikmat mangga dihadapannya.

Nenek melanjutkan berkata, "Cucuku, walaupun engkau tidak sengaja melempar biji mangga di halaman itu, tetapi bila tanah lahannya subur dan terpelihara, dia tetap akan bertumbuh. Dan sesuai hukum alam, saat musim buah tiba, dia pasti akan berbuah. Sedangkan rasa buahnya manis atau tidak adalah sesuai dengan bibit yang kita tanam".

Malam hari, si pemuda merenungkan percakapan dengan neneknya. Karena merasa penasaran, diambilnya biji buah mangga sisa di meja dan dibelahnya menjadi 2, dia ingin tahu sebenarnya apa yang ada di dalam biji buah mangga itu sehingga bisa menghasilkan rasa manis yang membedakan dengan biji buah mangga yang lain. Ternyata dia tidak menemukan perbedaan apapun. Melihat tingkah si cucu.

sang nenek menyela "Cucuku, semua biji buah, tampaknya dari luar sama semua. Tetapi sesungguhnya, unsur yang ada di setiap biji buah itu berbeda, perbedaan itulah yang akan menghasilkan rasa, aroma dan warna setiap pohon mangga berbeda pula. Semuanya tergantung inti buahnya. Cucuku, Demikian pula dengan manusia, tampak luar, setiap manusia adalah sama tetapi yang menentukan dia bisa berhasil atau tidak adalah kualitas unsur-unsur yang ada di dalamnya. Nah, ternyata alam mengajarkan banyak kepada kita. Bila ingin hasil yang baik, harus memiliki unsur kualitas yang baik pula, apakah kamu mengerti?". "Terima kasih nek, saya sungguh bersyukur memutuskan datang kesini, semua ucapan nenek akan saya jadikan bekal untuk lebih giat belajar dan membenahi diri agar hidup saya lebih berkualitas". Ucapnya sambil memeluk tubuh rapuh sang nenek.



Pembaca yang luar biasa...

Hukum alam pada kisah nenek dan cucuknya tadi mengajarkan pada kita 2 hal.
  1. Apa yang telah kita tabur, entah disengaja atau tidak, diingat atau dilupakan, entah kapanpun juga. Hukum alam mengajarkan, apa yang kita tanam kita pasti akan menuai hasilnya.
  2. Bahwa manusia mempunyai kemiripan dengan inti biji buah mangga, tampak luar sama, tetapi kualitas unsur yang ada di dalam inti buahnya yang membedakan rasa, aroma dan warna si buah mangga. Demikian juga dengan manusia, Kualitas mental yang didalamlah yang membedakan dan menentukan keberhasilan manusia di masa depan.
Mari kita perbaiki sikap, perhalus budi pekerti, jaga kebersihan hati dan selalu menggali potensi diri agar kesuksesan sejati bisa kita nikmati suatu hari nanti.

Oleh: Andrie Wongso (Motivator Indonesia)


Nikmati Tamasya ke Luar Angkasa dengan Naik Lift



LONDON - Tamasya ke luar angkasa naik lift, mungkin terdengar seperti khayalan yang sulit dijangkau akal sehat. Sekalipun terjadi itupun hanya terdapat dalam novel fiksi seperti karya Arthur C Clarke, The Fountain of Paradise atau The Web Between The Worlds karya Charles Sheffields.

Namun, mimpi tersebut sepertinya akan menjadi kenyataan seiring kemajuan teknologi yang begitu pesat di masa mendatang.

Seperti dikutip CNN, seluruh ahli luar angkasa dunia sedang berencana mewujudkan konsep yang dinamakan 'Space Elevator'. Pengembangan konsep lift luar angkasa itu akan dibicarakan pada pertemuan ilmuwan seluruh dunia dalam pertemuan yang digagas Japan Space Elevator Association di Jepang, November mendatang. Pertemuan itu dijadwalkan membahas pengembangan desain lift dengan ratusan hingga ribuan lantai.

Rancangan 'space elevator' menggunakan ribuan kilometer kabel untuk menggapai jarak antara bumi ke luar angkasa. Alat tersebut nantinya, akan menggunakan pendekatan berbagai disiplin ilmu, terutama ilmu fisika. Teori-teori fisika akan menentukan kecepatan lift dan posisi lift di orbit stasiun bumi.

Para ilmuwan berharap, lift tersebut mampu membawa manusia atau benda keluar angkasa. Teknologi yang ada sekarang kebanyakan menggunakan tenaga nuklir untuk keperluan pesawat luar angkasa, dengan adanya 'space elevator' maka penggunaan tenaga nuklir dapat dikurangi.

Juru bicara Japan Space Elevator Association, Akira Tsuchida mengatakan, organisasinya telah bekerjasama dengan Spaceward Foundation dan organisasi luar angkasa Eropa yang berbasis di Luxembourg untuk mengembangkan desain lift.

"Saat ini kami sedang membuat nano-karbon kabel yang memiliki kekuatan 180 kali lebih dari kabel yang terbuat dari kawat, kami berharap kabel tersebut dapat terwujud pada tahun 2020 atau 2030," ujar Tsuchida. Selain itu, Tsuchida mengatakan, lift tersebut akan ditempatkan di uji coba di beberapa tempat seperti, laut cina selatan, dan kepulauan Galapagos di kawasan samudera pasifik.

Namun, Tsuchida mengatakan masih banyak kendala untuk mewujudkan terobosan baru teknologi tersebut dan diperlukan kerjasama seluruh masyarakat dunia.

Ini Dia Mobil Balap Masa Depan

ADA suatu tradisi dari pementasan pameran mobil internasional Los Angeles Auto Show di Amerika yang berlangsung November mendatang. Sebelum pesta dimulai, terlebih dahulu digelar pertemuan para perancang mobil internasional dunia. Mereka berkompetisi memamerkan karyanya dan ini yang tidak dimiliki negara-negara lain dalam melangsungkan pameran mobilnya.

Dalam event The Design Los Angeles Design Challenge 2009 ke-V yang berakhir Senin (20/10) lalu diikuti sekitar 500 desainer terkenal di dunia berasal dari Eropa, Amerika dan Asia. Tema yang diusung kali ini adalah konsep mobil balap 2025 dan persaingan antara pabrikan mobil Jepang dan Amerika menjadi pusat perhatian.

Tuan rumah diwakili oleh GM yang diserbu prisipal negeri matahari terbit, yakni Honda, Mazda, Mitsubishi dan Toyota. Inilah kreasi para desainer itu.

GM Chaparral Volt
Para perancang negeri Paman Sam yang terbagung dalam General Motors Advanced Design menamakan karya mereka Chaparral Volt. Kira-kira begitulah kebangkitan LA Times Grand Prix di 2025 yang menggambarkan single seater mempunyai tiga kelebihan, yakni berjalan di bumi, tahan akan suhu panas dan terpaan badai.

Dikaitkan dengan energi, Chaparral Volt mendapatkan dari tiga sumber sebagai tenaga pendorong EREV yang mereka kategorikan dalam eco-triathlon. Jadi, ketika di darat, pengereman yang tinggi bisa dimanfaatkan mengisi energi. Sedangkan angin dapat membantu pendinginan baterei melalui turbin extractors yang berada di belakang.

Integritas dari lapisan poly-vinyl di dalam bodi the volt's berfungsi untuk menangkap cahaya matahari. Kemudian energi tersebut dikonversi dan disimpan untuk digunakan sebagai sumber energi primer.

Honda
Desainer Honda coba mereinkarnasi the Great Race 1908 yang mana 17 lelaki pemberani melintasi dunia. Perjalanan diperkirakan menempuh jarak sekitar 35.000 km menjelajah tiga benua selama 6 bulan. Dengan rancangannya, Honda pada 2025 siap menantang Amerika di darat, Asia di lautan dan Eropa di udara.

Kendaraan Honda dirancang dapat beradaptasi dengan berbagai konfigurasi, dengan mempunyai keunggulan teknologi yang dapat mengubah kecepatan, ketinggian dan rentang jarak. Semua sistem tersebut diatur oleh remote, yang berfungsi sebagai kemampuan robotik dan jet dalam melintas di air dan udara.

Mazda KAAN
Prototipe kendaraan ini mempunyai pelapis sub-level electro-conductive polymer. Tim perancang menyebut mobil elektrik tersebut, Mazda Kaan yang akan berkompetisi di the E1 dan sport 2025. Mobil ini menggunakan sistem roda elektronik, yang mampu menghasilkan top speed sampai 380 km/jam

The Kaan didesain untuk lomba dengan 30 pesaing lainnya dan optimis dengan sumber enegri dari roda yang dipiloti satu orang. Tingkat aerodinamis yang tinggi membuat efisiensinya sangat besar.

Mitsubishi MMR25
Terbiasa dengan sistem gerak empat roda 4x4, Mitsubishi merancang kendaraan pacu yang mereka namakan MMR25 ini, cukup unik. Gerak rodanya 8x4 dan mengemudikannya dari segala arah. Pokoknya, sangat memanjakan pengendaranya.

Paling menarik saat menikung, the MMR 25 dapat menaklukkannya dengan gerakan menyamping. Uniknya, sayap tengah berfungsi sebagai spoiler. Lalau, spoiler depan dan belakang menjadi suspension ganda.

Toyota LeMans
Para perancang Toyota di Calty Design Research, Inc, California menampilkan karya mobil balap 2025 yang tidak butuh berhenti saat balap. Bertenaga hydrogen, LeMans Racer - Toyota menamakan konsep mobil balapnya - dapat juga dibebankan pada pada bodi Photovoltaic sebagai sumber energi masa depan.

Dengan dua model, masing-masing kendaraan beradaptasi sesuai dengan karakternya. The LeMans optimis dari segi aerodinamis atau daya cengkeram, baik melaju pada kecepatan tinggi atau menikung, yang keduanya bisa dipilih salah satu sesuai keinginan. Seumpama, pengemudi memilioh kecepatan tinggi, body dan roda menyempit, tujuannya mengurangi gejala spin supaya bisa menembus kecepatan tertinggi 540 km/jam. Jika dipilih menikung, bodi melebar dan ban memberi daya cengkeram terbesar.

Untuk kokpit, unsur keselamatan dan performa kendaraan sudah di optimalkan. Seperti sistem digital pada instrumen. Untuk menghindari benturan bisa diatur dengan sistem komputer.

Tribun Kaltim

Memanen Sinar Matahari

Kenaikan drastis harga bahan bakar minyak memicu pencarian sumber energi alternatif. Satu sumber energi yang belum termanfaatkan maksimal adalah energi matahari, kecuali oleh tanaman.

Seperti diketahui, energi matahari adalah sumber energi kehidupan utama makhluk di bumi. Jikalau dihitung, jumlah dan intensitas energi matahari melebihi kebutuhan bagi seluruh makhluk di bumi.

Konversi energi matahari menjadi energi listrik telah dikenal luas dengan penggunaan sel-sel surya. Di dalam sistem sel surya, yang meniru prinsip penangkapan foton di klorofil daun, energi matahari ditangkap oleh sistem molekul kimia untuk menggerakkan elektron sehingga akan menghasilkan arus listrik. Tenaga sel surya yang dihasilkan cukup lumayan, bahkan mampu menggerakkan kendaraan.

Namun, konversi energi matahari menjadi panas langsung yang mampu menyalakan tanur untuk peleburan logam tidak pernah dilakukan, kecuali oleh sekelompok peneliti di Israel. Mereka mengembangkan teknologi pemanfaatan energi matahari untuk melebur oksida seng.

Teknologi yang dikembangkan itu terinspirasi oleh kerja suryakanta (kaca pembesar) yang mampu memfokuskan sinar dan menghasilkan panas tinggi. Melalui perancangan sistem suryakanta, ternyata mampu dihasilkan panas yang mencapai suhu 1.200 derajat Celsius. Panas ini dimanfaatkan untuk melebur oksida seng menjadi logam murni. Dan, kemudian seng murni yang dihasilkan dipakai sebagai bahan baku untuk memproduksi hidrogen.

Seperti diketahui bahwa hidrogen adalah bahan bakar untuk kendaraan sel bahan bakar (fuel cell), di mana tenaga penggerak berasal dari reaksi antara hidrogen dan oksigen. Kelebihan dari kendaraan bersel bahan bakar ini adalah tidak mengeluarkan polutan kecuali air.

Metode untuk memproduksi hidrogen dalam skala besar yang ada saat ini masih tergantung pada bahan bakar fosil atau teknologi pemisahan air di mana teknologi tersebut masih mahal. Cara kimia sederhana untuk menghasilkan hidrogen adalah mencampurkan logam seng dengan air. Namun, cara ini belum dapat dipakai secara besar-besaran akibat keterbatasan pasokan logam seng murni.

Keterbatasan yang dimaksud bukan muncul dari kuantitas seng sebagai bahan baku, tetapi pada proses pemisahan bahan tambang untuk mendapatkan seng murni. Metode tradisional untuk mendapatkan seng adalah dengan proses ekstraksi yang melibatkan banyak reaksi kimia termasuk asam, dan elektrolisis yang butuh tenaga listrik.

Produksi hidrogen

Michael Epstein dan timnya dari Institut Sains Weizmann, Rehovot, Israel, menggunakan energi sinar matahari untuk mengekstrak logam seng. Tim Epstein memasang suryakanta raksasa yang terbuat dari susunan 64 keping kaca yang masing-masing keping berukuran 7 meter persegi. Suryakanta ini dipakai untuk memfokuskan cahaya sinar matahari, yang diarahkan ke dalam tanur yang berisi bahan tambang oksida seng dan batu bara.

Berdasarkan hasil riset, sinar matahari yang terfokuskan menghasilkan daya sebesar 300 kilowatt, yang mampu memanaskan tanur sampai suhu 1.200 derajat Celsius. Di dalam tanur yang membara, oksida seng direduksi menjadi logam seng murni dengan laju 50 kg tepung seng per jam.

Seperti diketahui, Timur Tengah memiliki cadangan mineral seng dan intensitas matahari yang sangat tinggi. Oleh karena itu, teknologi tanur sinar matahari akan menghemat ongkos proses peleburan seng.

Logam seng murni kebanyakan dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan batu baterai dan produksi hidrogen. Khusus untuk pembuatan hidrogen, cukup dilakukan dengan cara menuang air ke dalam tepung seng sambil diaduk perlahan. Reaksi campuran kedua pereaksi kimia itu menghasilkan gas hidrogen, yang kemudian dikumpulkan. Sementara itu, tepung seng yang telah teroksidasi dapat didaur ulang di dalam tanur sinar matahari. Jika proses pembuatan hidrogen ini dilakukan berulang-ulang, maka biaya diperlukan hanya untuk penyediaan air karena sinar matahari gratis dan oksida seng hanya dibeli sekali.

Ramah lingkungan

Proses pemurnian seng dalam tanur matahari masih belum bersih lingkungan karena reaksi pembentukan seng memerlukan batu bara yang akan melepas gas karbon monoksida. Selanjutnya, gas buangan ini di udara berubah menjadi karbon dioksida dan akan menyumbang efek rumah kaca.

Namun, perbaikan rancangan sistem suryakanta raksasa masih berlanjut dan masih mungkin untuk memfokuskan sinar matahari untuk melebur benda sampai 1.800 derajat Celsius. Pada kondisi ekstrapanas ini, peleburan seng tidak lagi memerlukan batu bara. Artinya proses tanur matahari menjadi ramah lingkungan. Tanur matahari juga dapat dimanfaatkan untuk melebur logam-logam bernilai ekonomi lainnya, misalnya peleburan besi.

Pembangkit listrik

Teknologi memanen sinar matahari yang ditemukan kelompok Eipstein di atas tampaknya dapat dikembangkan lebih lanjut untuk pembangkit listrik. Seperti diketahui, semua turbin pembangkit listrik prinsip kerjanya mirip dengan kerja dinamo listrik. Untuk memutar baling-baling generator listrik biasanya digunakan aliran uap atau air. Misalnya pada PLTU, panas hasil pembakaran batu bara atau bahan bakar minyak digunakan untuk menguapkan air, dan kemudian uap ini memutar turbin sehingga menghasilkan arus listrik.

Jika turbin diadaptasikan terhadap pembangkit listrik tenaga sinar matahari, maka panas matahari dipakai untuk penyiapan uap. Panas 1.200 derajat Celsius, yang dihasilkan dengan memfokuskan sinar dengan suryakanta raksasa dipakai untuk tungku ”pemanas air”. Lalu, uap yang dihasilkan digunakan untuk menggerakkan baling-baling turbin.

Secara teoretis, sistem pembangkit listrik tenaga sinar matahari tidak sesulit dengan sistem pembangkit listrik yang ada saat ini. Namun, perlu penelitian lebih mendalam mengenai rancangan sistem suryakanta, bahan-bahan menghantar panas, rancangan sistem tungku, dan pencarian lokasi yang ideal untuk memanen sinar matahari.

Pembangkit listrik tenaga sinar matahari kedengarannya seperti ”gagasan konyol”. Namun, jika ada desakan kebutuhan listrik dan ada kemauan, bukan isapan jempol untuk merealisasikan ide yang satu ini.

Seperti kisah sukses Afrika Selatan membuat bensin sintetik. Negeri yang tak memiliki cukup sumber minyak tetapi kaya batu bara, mau membangun pabrik bahan bakar bensin sintetik dari campuran hidrogen dan karbon monoksida melalui proses Fischer-Tropsch di saat harga minyak dunia murah. Kini, negeri itu tersenyum ketika harga minyak mencapai kisaran 70 dollar. Menurut I Nyoman Marsih dari Departemen Kimia ITB, (yang disertasi doktornya di Universitas Sheffield, Inggris, mengenai proses Fischer-Tropsch) pembuatan bensin sintetik baru menguntungkan bila harga minyak 60 dollar.

ZEILY NURACHMAN Guru Biokimia, Kimia ITB

Senin, 09 Februari 2009

Sikap Memaafkan dan Manfaatnya bagi Kesehatan

Salah satu sifat mulia yang dianjurkan dalam Al Qur’an adalah sikap memaafkan:

Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh. (QS. Al Qur’an, 7:199)

Dalam ayat lain Allah berfirman: "...dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. An Nuur, 24:22)

Mereka yang tidak mengikuti ajaran mulia Al Qur'an akan merasa sulit memaafkan orang lain. Sebab, mereka mudah marah terhadap kesalahan apa pun yang diperbuat. Padahal, Allah telah menganjurkan orang beriman bahwa memaafkan adalah lebih baik:

... dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. At Taghaabun, 64:14)

Juga dinyatakan dalam Al Qur'an bahwa pemaaf adalah sifat mulia yang terpuji. "Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia." (Qur'an 42:43) Berlandaskan hal tersebut, kaum beriman adalah orang-orang yang bersifat memaafkan, pengasih dan berlapang dada, sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur'an, "...menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain." (QS. Ali ‘Imraan, 3:134)
































Para peneliti percaya bahwa pelepasan hormon stres, kebutuhan oksigen yang meningkat oleh sel-sel otot jantung, dan kekentalan yang bertambah dari keeping-keping darah, yang memicu pembekuan darah menjelaskan bagaimana kemarahan meningkatkan peluang terjadinya serangan jantung. Ketika marah, detak jantung meningkat melebihi batas wajar, dan menyebabkan naiknya tekanan darah pada pembuluh nadi, dan oleh karenanya memperbesar kemungkinan terkena serangan jantung.






























Pemahaman orang-orang beriman tentang sikap memaafkan sangatlah berbeda dari mereka yang tidak menjalani hidup sesuai ajaran Al Qur'an. Meskipun banyak orang mungkin berkata mereka telah memaafkan seseorang yang menyakiti mereka, namun perlu waktu lama untuk membebaskan diri dari rasa benci dan marah dalam hati mereka. Sikap mereka cenderung menampakkan rasa marah itu. Di lain pihak, sikap memaafkan orang-orang beriman adalah tulus. Karena mereka tahu bahwa manusia diuji di dunia ini, dan belajar dari kesalahan mereka, mereka berlapang dada dan bersifat pengasih. Lebih dari itu, orang-orang beriman juga mampu memaafkan walau sebenarnya mereka benar dan orang lain salah. Ketika memaafkan, mereka tidak membedakan antara kesalahan besar dan kecil. Seseorang dapat saja sangat menyakiti mereka tanpa sengaja. Akan tetapi, orang-orang beriman tahu bahwa segala sesuatu terjadi menurut kehendak Allah, dan berjalan sesuai takdir tertentu, dan karena itu, mereka berserah diri dengan peristiwa ini, tidak pernah terbelenggu oleh amarah.

Menurut penelitian terakhir, para ilmuwan Amerika membuktikan bahwa mereka yang mampu memaafkan adalah lebih sehat baik jiwa maupun raga. Orang-orang yang diteliti menyatakan bahwa penderitaan mereka berkurang setelah memaafkan orang yang menyakiti mereka. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang yang belajar memaafkan merasa lebih baik, tidak hanya secara batiniyah namun juga jasmaniyah. Sebagai contoh, telah dibuktikan bahwa berdasarkan penelitian, gejala-gejala pada kejiwaan dan tubuh seperti sakit punggung akibat stress [tekanan jiwa], susah tidur dan sakit perut sangatlah berkurang pada orang-orang ini.

Memaafkan, adalah salah satu perilaku yang membuat orang tetap sehat, dan sebuah sikap mulia yang seharusnya diamalkan setiap orang

Dalam bukunya, Forgive for Good [Maafkanlah demi Kebaikan], Dr. Frederic Luskin menjelaskan sifat pemaaf sebagai resep yang telah terbukti bagi kesehatan dan kebahagiaan. Buku tersebut memaparkan bagaimana sifat pemaaf memicu terciptanya keadaan baik dalam pikiran seperti harapan, kesabaran dan percaya diri dengan mengurangi kemarahan, penderitaan, lemah semangat dan stres. Menurut Dr. Luskin, kemarahan yang dipelihara menyebabkan dampak ragawi yang dapat teramati pada diri seseorang. Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa:

Permasalahan tentang kemarahan jangka panjang atau yang tak berkesudahan adalah kita telah melihatnya menyetel ulang sistem pengatur suhu di dalam tubuh. Ketika Anda terbiasa dengan kemarahan tingkat rendah sepanjang waktu, Anda tidak menyadari seperti apa normal itu. Hal tersebut menyebabkan semacam aliran adrenalin yang membuat orang terbiasa. Hal itu membakar tubuh dan menjadikannya sulit berpikir jernih – memperburuk keadaan.

Sebuah tulisan berjudul "Forgiveness" [Memaafkan], yang diterbitkan Healing Current Magazine [Majalah Penyembuhan Masa Kini] edisi bulan September-Oktober 1996, menyebutkan bahwa kemarahan terhadap seseorang atau suatu peristiwa menimbulkan emosi negatif dalam diri orang, dan merusak keseimbangan emosional bahkan kesehatan jasmani mereka. Artikel tersebut juga menyebutkan bahwa orang menyadari setelah beberapa saat bahwa kemarahan itu mengganggu mereka, dan kemudian berkeinginan memperbaiki kerusakan hubungan. Jadi, mereka mengambil langkah-langkah untuk memaafkan. Disebutkan pula bahwa, meskipun mereka tahan dengan segala hal itu, orang tidak ingin menghabiskan waktu-waktu berharga dari hidup mereka dalam kemarahan dan kegelisahan, dan lebih suka memaafkan diri mereka sendiri dan orang lain.

Semua penelitian yang ada menunjukkan bahwa kemarahan adalah sebuah keadaan pikiran yang sangat merusak kesehatan manusia. Memaafkan, di sisi lain, meskipun terasa berat, terasa membahagiakan, satu bagian dari akhlak terpuji, yang menghilangkan segala dampak merusak dari kemarahan, dan membantu orang tersebut menikmati hidup yang sehat, baik secara lahir maupun batin. Namun, tujuan sebenarnya dari memaafkan –sebagaimana segala sesuatu lainnya – haruslah untuk mendapatkan ridha Allah. Kenyataan bahwa sifat-sifat akhlak seperti ini, dan bahwa manfaatnya telah dibuktikan secara ilmiah, telah dinyatakan dalam banyak ayat Al Qur’an, adalah satu saja dari banyak sumber kearifan yang dikandungnya.

Sumber: harunyahya.com

Boleh Jadi Kiamat Sudah Dekat

Rasulullah Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam sedemikian kuatnya mengkondisikan ummatnya untuk menghayati betapa hari Kiamat telah dekat. Sehingga dalam suatu khutbah beliau digambarkan ibarat seorang komandan perang yang memperingatkan pasukannya agar selalu dalam keadaan full alert alias waspada siaga satu.

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا خَطَبَ احْمَرَّتْ عَيْنَاهُ وَعَلَا صَوْتُهُ وَاشْتَدَّ غَضَبُهُ حَتَّى كَأَنَّهُ مُنْذِرُ جَيْشٍ يَقُولُ صَبَّحَكُمْ وَمَسَّاكُمْ وَيَقُولُ بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْنِ وَيَقْرُنُ بَيْنَ إِصْبَعَيْهِ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى

Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ’anhu: “Adalah Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bila menyampaikan khotbah mata beliau memerah, suara meninggi dan sangat marah, seakan-akan panglima perang yang sedang memperingatkan pasukannya dengan aba-aba: “Awas! Berjaga-jagalah kalian pada pagi hari dan petang harimu!” dan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Aku dan hari kiamat diutus (berdampingan) seperti ini.” Dan beliau menghimpun jari telunjuk dengan jari tengahnya.”(HR Muslim 4/359)

Bayangkan..! Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam diriwayatkan sebagai memerah matanya, meninggi suaranya dan berkhutbah dalam keadaan sangat marah...! Sungguh persis seperti seorang komandan di tengah medan jihad yang sedang memberi arahan kepada pasukannya. Beliau samasekali tidak ingin seorangpun pasukannya lengah dalam mengantisipasi gerak musuh. Sebab kelengahan pasukan bisa menyebabkan musuh berhasil menjebol benteng ummat dan itu berarti seluruh ummat Islam bakal terancam nyawanya. Sungguh, Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam sangat mematuhi arahan Allah subhaanahu wa ta’aala di dalam ayat di bawah ini:

وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا

“Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari itu (kiamat) sudah dekat waktunya.” (QS Al-Ahzab ayat 63)

Memang sudah sepantasnya kita ummat Islam yang hidup di zaman ini menghayati bahwa hari Kiamat sudah dekat. Mengapa? Karena bila kita ingat bahwa Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam merupakan penutup rangkaian nabi-nabi Allah subhaanahu wa ta’aala berarti kita merupakan penutup berbagai ummat. Bila beliau dijuluki Nabi Akhir Zaman berarti kita merupakan Ummat Akhir Zaman. Dan berdasarkan hadits Ringkasan Perjalanan Sejarah Ummat Islam, kita dewasa ini sedang menjalani kehidupan di babak keempat dari lima babak yang bakal dilalui ummat Islam hingga menjelang dekatnya kedatangan hari Kiamat.

تكون النبوة فيكم ما شاء الله أن تكون ثم يرفعها الله إذا شاء أن يرفعها ثم تكون خلافة على منهاج النبوة فتكون ما شاء الله أن تكون ثم يرفعها الله إذا شاء أن يرفعها ثم تكون ملكا عاضا فيكون ما شاء الله أن تكون ثم يرفعها الله إذا شاء أن يرفعها ثم يكون ملكا جبريا فتكون ما شاء الله أن تكون ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها ثم تكون خلافة على منهاج النبوة ثم سكت (أحمد)

”Masa kenabian akan berlangsung pada kalian dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah, kemudian Allah mengangkatnya, setelah itu datang masa kekhalifahan mengikuti manhaj kenabian, selama beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah, kemudian Allah mengangkatnya, setelah itu datang masa raja-raja yang menggigit selama beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah, kemudian Allah mengangkatnya, setelah itu datang masa raja-raja yang memaksakan kehendak dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah, setelah itu akan terulang kembali kekhalifahan mengikuti manhaj kenabian. Kemudian beliau terdiam.” (Hadits hasan riwayat Imam Ahmad 37/361)

Babak pertama, yaitu babak Kenabian telah berlalu. Ia merupakan masa di mana ummat Islam –yakni para sahabat radhiyallahu ’anhum- hidup bersama Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam sejak awal beliau diutus hingga berpulang ke rahmatullah.

Babak kedua, yaitu babak Kekhalifahan yang mengikuti manhaj Kenabian juga telah berlalu. Ia ditandai dengan munculnya para khulafa ar-rasyidin, Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Ustman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ’anhum.

Babak ketiga, yaitu babak raja-raja yang menggigit juga telah berlalu. Ia ditandai dengan masa di mana ummat memiliki para pimpinan yang dijuluki khalifah-khalifah namun pola suksesinya menerapkan pola kerajaan alias pola oligarkhi atau sistem waris-mewarisi tahta kerajaan. Mereka dijuluki raja-raja yang menggigit karena mereka masih ”menggigit” Al-Qur’an Al-Karim dan As-Sunnah An-Nabawiyyah. Babak ini berlangsung sangat lama sekitar 13 abad...! Sejak Bani Umayyah, Bani Abbasiyyah dan Kesultanan Ustmani Turki. Ia berakhir pada tahun 1924 atau 1342 Hijriyyah.

Semenjak babak ketiga berlalu, maka ummat Islam memasuki babak keempat, yakni babak raja-raja yang memaksakan kehendak. Babak ini belum berlalu. Kita sedang menjalani babak ini. Suatu babak yang sering disebut sebagai the darkest ages of the Islamic History. Tanda bahwa babak ini belum berakhir ialah fakta bahwa babak kelima, yakni babak kekhalifahan mengikuti manhaj kenabian belum muncul kembali. Padahal Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam menginformasikan kepada kita bahwa babak penuh keadilan dan kejayaan Islam tersebut pasti bakal muncul. Kapankah ia akan muncul? Wallahu a’lam bish-showwab.

Suatu hal yang pasti, kalau kita umpamakan perjalanan kelima babak perjalanan sejarah ummat Islam ini sebagai sebuah skenario film, maka ia sangat layak disebut sebagai film berjudul Akhir Zaman. Dan kalau kita mengikuti sebuah cerita yang mengandung lima babak dan kita tahu bahwa kita sudah sampai ke babak keempat, saya kira sudah sepantasnya kita beranggapan bahwa ini bukanlah masih di awal cerita, atau di bagian pertengahannya. Namun lebih wajar dikatakan bahwa ini sudah menjelang akhir dari rangkaian cerita.

Berarti, saudaraku, tidakkah pantas kitapun mengucapkan apa yang Allah subhaanahu wa ta’aala telah firmankan di dalam Kitab-Nya: BOLEH JADI KIAMAT SUDAH DEKAT WAKTUNYA...!

Marilah kita jauhi sikap santai dan acuh tak acuh terhadap fenomena hidup di Akhir Zaman menjelang datangnya Kiamat. Marilah kita tingkatkan pengetahuan dan keyakinan kita akan tanda-tanda menjelang datangnya Kiamat agar kita dapat mengantisipasi dan menyesuaikan diri dengan skenario ilahi yang bakal –insyaAllah- pasti terjadi. Semoga Allah subhaanahu wa ta’aala memasukkan kita ke dalam golongan yang tidak salah mensikapi segenap tanda demi tanda Akhir Zaman yang kian membenarkan kenabian Rasulullah Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam.

Sumber eramuslim.com

Kiamat Kecil Kiamat Besar

Rasulullah Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mengkondisikan ummatnya untuk menghayati betapa hari Kiamat telah dekat. Sehingga dalam suatu khutbah beliau digambarkan ibarat seorang komandan perang yang memperingatkan pasukannya agar selalu dalam keadaan full alert alias waspada siaga satu. Pengkondisian ini membuahkan hasil nyata. Di antaranya pernah diriwayatkan ada seorang sahabat keluar rumahnya pada suatu hari lalu melihat ke arah ufuk dan mendapati di kejauhan terlihat ada asap. Beliau segera bergegas mengetuk rumah-rumah para sahabat lainnya seraya berteriak lantang:

الدخان الدخان

“Asap… Asap…!”
Sahabat tersebut rupanya teringat penjelasan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengenai tanda-tanda besar menjelang datangnya kiamat dan salah satunya bilamana telah muncul asap. Subhaanallah..! Bayangkan, limabelas abad yang lalu para sahabat begitu kuat menghayati sudah dekatnya peristiwa kiamat. Bagaimana lagi sepatutnya kita yang hidup di zaman ini? Tidakkah kita selayaknya lebih serius menghayati sudah dekatnya kiamat? Bukankah tanda-tanda akhir zaman alias dekatnya kiamat sudah lebih banyak lagi yang kita saksikan muncul dewasa ini? Bukankah berputarnya waktu membuat jarak kita semakin dekat dengan peristiwa dahsyat kiamat?

Memang, para sahabat radhiyallahu ’anhum merupakan generasi teladan. Pantaslah bila Allah subhaanahu wa ta’aala mentaqdirkan mereka menjadi pendamping setia Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam sejak awal perjuangan beliau hingga hijrah dari Makkah ke Madinah. Mereka merupakan didikan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam yang sungguh berada di baris terdepan dalam menjalankan pesan-pesan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam. Di dalam mensikapi hari kiamat mereka benar-benar sempurna. Apabila mereka menghadiri majelis Nabi shollallahu ’alaih wa sallam kemudian dijelaskan mengenai kehidupan akhirat beserta gambaran surga dan neraka mereka segera menangis. Sehingga majelis mereka sering dijuluki sebagai:

مجلس البكاء

”Majelis tangisan”
Para sahabat radhiyallahu ’anhum sangat mudah tersentuh hati bila diingatkan mengenai kematian. Baik itu menyangkut kematian manusia yang disebut kiamat kecil maupun kematian alam fana dunia ini alias kiamat besar. Mereka sangat menghayati pesan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam yang menganjurkan seorang muslim agar banyak mengingat kematian.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ

Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu ia berkata Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Perbanyaklah mengingat saat dihancurkannya kelezatan (dunia), yakni kematian.” (HR Tirmidzi 8/279)

Kehidupan di dunia sedemikian tidak berartinya sehingga para sahabat radhiyallahu ’anhum mengembangkan ungkapan-ungkapan yang mencerminkan penghayatan mereka akan dzikrul-maut (banyak mengingat kematian). Di antaranya sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ’anhu terkenal dengan ucapannya: ”Bila manusia meninggal dunia maka ia terbangun (dari tidurnya)”. Begitu pula sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ’anhu dengan ucapan beliau:

اجعل الدنيا في أيديكم ولا تجعل الدنيا في قلوبكم

“Jadikanlah dunia (sebatas) di dalam genggaman tanganmu dan jangan jadikan dunia di dalam hatimu.”

Semua ungkapan di atas tentunya mencerminkan kecerdasan hakiki yang dimiliki oleh generasi terbaik ummat ini yakni para sahabat radhiyallahu ’anhum. Mereka benar-benar ter-shibghah (kena celupan) sabda Nabi shollallahu ’alaih wa sallam:

الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ

“Orang yang paling cerdas ialah barangsiapa yang menghitung-hitung/evaluasi/introspeksi (‘amal-perbuatan) dirinya dan ber’amal untuk kehidupan setelah kematian.” (HR At-Tirmidzi 8/499)

Banyak orang memiliki persepsi keliru mengenai kematian begitu pula mengenai kiamat. Mereka sangka bila seseorang sering mengingat kematian atau kiamat maka hal ini akan menjadikan dirinya kontra-produktif dan pasif tidak berbuat apapun kecuali duduk di masjid berdzikir menanti datangnya kematian atau kiamat. Padahal para sahabat radhiyallahu ’anhum merupakan orang-orang yang paling hebat dzikrul-mautnya serta paling hebat mempersiapkan diri menghadapi hari kiamat, namun mereka tidak tertandingi dalam hal beribadah, disiplin sholat berjamaah lima waktu di masjid, sholat malam, berdzikir, berinfaq, berbuat aneka kebaikan bahkan berjihad fi sabilillah.

Sementara kebanyakan manusia di zaman penuh fitnah ini sudahlah mereka sangat lemah dalam mengingat kematian serta mewaspadai tanda-tanda akhir zaman, kemudian tidak juga berarti mereka menjadi orang-orang yang rajin beribadah, melakukan berbagai jenis amal sholeh apalagi berfikir serta terlibat dalam aktifitas penuh resiko yakni al-jihad fi sabilillah, bahkan sekurangnya berinfaq untuk perjuangan para mujahidin.

Para sahabat tidak memiliki dikotomi apapun dalam berIslam. Ingatan mereka akan kiamat kecil tidak mengurangi ingatan mereka akan kiamat besar. Sebab masing-masing ingatan tersebut sama-sama membangkitkan semangat beramal, beribadah, berda’wah dan berjihad mereka. Begitu pulalah semestinya kita yang hidup di zaman paling kelam dalam sejarah Islam ini. Sudah selayaknya ingatan kita akan kematian (kiamat kecil) -yang bisa datang menjemput diri secara tiba-tiba- sama besarnya sebagai motivator kita beramal, beribadah, berda’wah dan berjihad sebagaimana kesadaran kita akan kiamat besar yang kian hari kian dekat kedatangannya.

اللهم إني أعوذبك بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

"Ya Allah, aku berlindung kepada Engkau dari azab jahannam, azab kubur, fitnah kehidupan dan kematian serta jahatnya fitnah Al-Masih Ad-Dajjal" (HR Muslim 923)